Oleh: Aditya Akbar Hakim
MEPNews.id – Profesi guru oleh pemerintah telah mendapat perlakuan istimewa. Berbagai macam tunjangan begitu melimpah. Semenjak diberlakukannya kebijakan sertifikasi bagi guru. Alhasil membludaklah minat generasi muda yang kepingin jadi guru. Mereka memasukkan guru ke dalam list cita-citanya. Hal itu bisa kita cermati bagaimana antusiasme para lulusan SMA/SMK/MA dalam berburu tiket masuk ke PTN dan PTAIN yang berbasis kependidikan.
Mereka saling berebut kouta yang tentu saja terbatas. Apakah semua itu aneh. Tentu saja tidak. Selama ditempuh dengan serius. Ending-nya pun akan baik. Output kampus kependidikan akan menjadi basis pencetak para pendidik tangguh, handal, dan tentu yang utama mampu menginspirasi.
Akan tetapi, implementasi dari ilmu yang didapat. Terkadang tidak segampang membalik telapak tangan untuk dipraktikkan di sekolah. Banyak para guru muda yang terlanjur terlalu percaya diri. Ke-PD-an itu tentu saja penting. Tetapi jika niat memilih guru sebagai sumber penghasilan. Sungguh bencana besar akan menimpa siswa.
Untuk itu, penting bagi guru menata kembali kemurnian spirit mengajarnya. Tidak mudah memang. Cuma harus diusahakan. Selain itu, pada perihal capaian standar inspiratif juga semestinya jadi target utama guru. Agar hasil yang dicapai gemilang. Sekali lagi merevolusi kembali niat adalah mutlak diperlukan sebagai langkah awal meraih perdikat guru inspiratif.
Dr Ngainun Naim melalui bukunya menjelaskan beberapa kriteria sekaligus karakteristik guru inspiratif. Pertama, terus belajar. Belajar menambah pengetahuan secara terus-menerus merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru inspiratif. Ketika guru sudah enggan bahkan berhenti belajar. Dia hanya sebatas mengajar dan mengajar. Tanpa ada usaha memperbarui wawasan. Berarti jauh pula predikat inspiratif dari diri guru demikian.
Kedua, kompeten. Kata kompetensi sekarang ini menjadi kata kunci penting dalam konsep pendidikan. Kompetensi menjadi standar yang harus dicapai, baik oleh guru ataupun siswa. Batas antara guru yang kompeten dan tidak. Dapat kita lihat salah satunya dari hasil UKG. Meski timbul pro dan kontra terkait pelaksanaannya. Minimal dengan guru di-UKG ada tolok ukur jelas dari standar kompeten setiap guru.
Kriteria inspiratif yang ketiga, ikhlas. Ikhlas merupakan kata kunci yang sangat penting dalam ajaran Islam. Terkait ikhlas ini mari kita analogikan. Jika sertifikasi bagi guru itu dicabut. Dan sebaliknya jika tunjangan guru dinaikkan. Bagaimana respon mereka? Artinya keikhlasan ini sangat erat kaitannya dengan seberapa totalitas guru sebagai profesi itu digaji/diberi tunjangan mampu menjadi pribadi yang inspirati bagi siswanya.
Keempat, spiritualitas. Aspek spiritualitas menjadi aspek penting yang memengaruhi sisi inspiratif atau tidaknya seorang guru. Memang sisi ini bukan sebuah keharusan, tetapi adanya sisi spiritualitas ini akan semakin mengukuhkan dimensi inspiratif seorang guru.
Ada pun kelima, totalitas. Totalitas merupakan bentuk penghayatan dan implementasi profesi yang dilaksanakan secara utuh. Dengan totalitas, maka seorang guru akan memiliki curahan energi secara maksimal untuk mendidik para siswanya.
Keenam, motivator dan kreatif. Banyak guru yang mengajar tidak menemukan motivasi dalam diri siswanya. Hal itu terjadi sebab beragam faktor. Dan tugas guru kreatiflah memantik api motivasi itu. Ketujuh, pendorong perubahan. Guru inspiratif akan meninggalkan pengaruh kuat dalam diri siswanya. Mereka akan terus dikenang, menimbulkan spirit dan energi perubahan yang besar, dan menjadikan kehidupan para siswanya senantiasa bergerak menuju ke arah yang lebih baik.
Selain itu kedelapan, disiplin. Sebuah ungkapan Arab menyebutkan, “ bahasa perbuatan itu lebih fasih daripada bahasa ucapan”. Dalam konteks disiplin, keteladanan guru menegakkan disiplin akan menjadi rujukan bagi para siswa untuk juga membangun kedisiplinan. Bagaimana mungkin para siswa akan dapat menjalankan disiplin dengan baik, jika guru tidak memberikan keteladanan?
Guru semacam inilah yang banyak melahirkan para tokoh besar. Mereka mungkin sampai sekarang tetap berada di tempatnya tinggal. Tetap dengan kesederhanaannya. Dan tetap menularkan virus inspiratif kepada para siswanya yang terus datang silih berganti, sementara para siswanya yang terinjeksi spirit hidupnya telah berubah dan menjadi seorang yang memiliki capaian besar dalam hidupnya. Agar proyek agung itu tercapai. Idealnya seorang guru harus terus menempa diri agar paling tidak sukses meraih minimal satu dari jumlah ideal delapan dari kriteria guru inspiratif itu. Memang tidak mudah meraih predikat inspiratif. Apalagi persyaratannya begitu kompleks.
Akan tetapi, dari semua guru yang ada di negeri ini. Meski tidak banyak. Meminjam bahasa Renald Kasali. Pasti ada yang telah dan akan terus menebar inspirasi. Ketika pupuk inspirasi telah disemai. Tentu “pohon siswa” akan bertunas, tumbuh, dan mekar semerbak menumbuhi tanah persada. Sekarang pilihan itu ada saku para guru sendiri. Jika sudi berikhtiar. Pasti jalan ke arah itu terhampar lapang.