Oleh: M. Yazid Mar’i
MEPNews.id – Tannggal 25 November telah ditetapkan pemerintah sebagai Hari Guru Nasional (HGN). Ini tentu dapat difahami sebagai komitmen pemerintah untuk mengangkat derajat guru.
Dalam perspektif Jawa, akronim ‘Guru’ biasa diartikan dengan ‘digugu lan ditiru‘ (dipercaya dan diteladani). Maka bisa dikatakan guru adalah sosok mulia di bumi. Sosok yang diharapkan mampu menjadi lentera yang mewariskan karakter positif bagi anak bangsa, kader yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa.
Meminjam istilah Ki Hajar Dewantara ‘Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, maka pertama yang harus dilakukan guru adalah keteladanan, membiasakan berkarakter positif; jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, percaya diri, dan mampu berinteraksi dalam pergaulan hidup di lingkungannya dan sebagai bagian dari kehidupan sosial manusia. Dalam arti lain, guru adalah public figure. Dengan begitu guru tidak hanya untuk ‘transfer pengetahuan’ melainkan juga sebagai contoh utama atas segala kebaikan.
Guru juga diharuskan senantiasa memberikan semagat kepada anak didiknya. Ibarat mentari, ia adalah energi yang dibutuhkan seluruh kehidupan, yang nantinya akan mampu melahirkan kader bangsa yang tangguh, yang cerdas, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak hanya pinter tapi juga bener (tidak sekedar pandai, tapi juga benar dalam berucap dan bersikap) sebagai pribadi dan juga sebagai mahluk sosial. Ini sebagai implementasi dari ‘ing madya mangun karsa.
Seorang guru juga harus jadi motivator. Sosok yang mampu menumbuh-kembangkan segala potensi anak didiknya, membawanya kepada kebaikan dalam perspektif keilmuan maupun keilahian (penguasaan ilmu pengetahuan, skill, dan sikap) sebagai modal anak didik untuk hidup di tengah-tengah umat.
Maka tidak terlalu salah jika Islam memandang guru sebagai ‘penerus risalah kenabian’, yaitu sosok yang meneruskan dakwah Nabi Agung Muhammad SAW. Sosok yang dalam Al Qur’an yang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, seperti yang dijanjikan dalam surat al Mujadalah 11.
Maka berbahagialah seluruh guru Indonesia. Karena yang engkau berikan hari ini untuk negeri; tetaplah memberi arti dalam mencetak generasi.
Selamat hari guru, tetap mengabdi untuk negeri.
Penulis adalah guru MI Salafiyah Soko, Tuban