Meneladani Rasulullah di Peringatan Kelahirannya

Oleh: M. Yazid Mar’i

Guru MI Salafiyah Soko, Tuban  

MEPNews.id – Setiap 12 Rabiul Awal, umat Islam memperingati kelahiran Rasulullah Agung Muhammad SAW. “Maulidin Nabi” ini dirayakan dengan rangkaian aktivitas.

Tahun ini, meski wabah COVID-19 masih menghantui, sedikitpun tidak menghalangi umat Islam melakukan kegiatan peringatan Maulidin Nabi Muhammad SAW, sebagai salah satu bentuk kecintaan pada Nabinya. Nabi yang senantiasa dalam penjagaan Allah SWT dari menjelang kelahirannya hingga masa perjuangannya, terus menerus bersambung hingga kepada umatnya hari ini dan saat ketika dunia berahir.

Penjagaan Allah menjelang kelahirannya diperlihatkan dengan mendatangkan pasukan Ababil yakni burung yang membawa batu panas, yang membuat tentara Abrahah hancur berkeping-keping laksana daun yang dimakan ulat, sekaligus menandai kegagalannya untuk menghancurkan ka’bah yang kemudian menjadi kiblat umat islam, juga menandai kemenangan para pengikut Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam alqur’an surat al fiil ayat 1-5.

Janji Allah atas kemenangan umat Muhammad inipun dipertegas oleh Allah dalam surat al Kautsar ayat 3: innasya niaka huwal abtar yang artinya sungguh yang menghina kamu (Muhammad) dialah yang terputus. Dalam arti lain orang kafir quraiys, penghina Nabi, penyiksa sahabat Nabi, memghalangi da’wah umat islam, sekali-kali tidak mendapat tempat disisi Allah SWT, dan mengalami kehancuran.

Lalu apa yang menjadikan kemenangan dakwah Nabi Muhammad selain dari pertolongan Allah? Jawabnya adalah ahlaq, kepribadian, karakter, prilaku Beliau “Muhammad SAW”. Hingga Allah mengabadikannya dalam Al Qur’an surat al Ahzab 21: laqod kaana lakum fi Rasulillahi uswatun hasanah, yang artinya sungguh di dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan atau contoh yang baik.

Di antara ahlaq rasul yang dapat dicontoh adalah cintanya kepada Allah melebihi segalanya. Maka lanjutan ayatnya berbunyi: liman kana yarjullaha wal yaumal ahiro wa dzakarallaha kastiro yang artinya bagi siapa yang mengharap pahala dan (pertolongan) di hari kiamat, dan memperbanyak dikit. Artinya memperbanyak mengingat Allah sebagai bukti cintanya pada Allah.

Ahlak rasul yang perlu diteladani adalah sebagai sosok kepala keluarga dan kepala negara yang baik. Sebagai keluarga ia adalah sosok suami yang bijaksana, sosok ayah yang adil, sosok kakek yang menyayangi cucunya, serta sosok majikan yang memperlakukan pembantunya dengan strata yang sama. Seperti halnya disampaikan Anas bin Malik, bahwa selama mengikuti Rasulullah tak pernah sedikit perkataan kasat, mengumpat atau mencari kedalahan-kesalahan atas pekerjaanya. Bahkan dalam suatu hadis Rasul pernah bersabda: Berilah upah buruh sebelum kering keringatnya.

Sebagai kepala negara beliau adalah sosok ang patut dicontoh. Dikisahkan, menjelang perang Khondaq, di saat kekurangan bahan makanan, beliau rela mengganjal perutnya dengan batu, demi untuk memenuhi kebutuhan makan sahabatnya yang tidak lain adalah warganya, yang sangat bertolak belakang dengan pemimpin hari ini.

Ahlaq lainnya adalah ia sosok pribadi yang sangat dipercaya. Sehingga tidak heran saat di usianya yang baru 25 tahun, ia mampu mendamaikan suku yang berselisih ketika akan meletakkan kembali hajar aswad ke Ka’bah, hingga kemudian dijuluki dengan “Al Amin” orang yang dapat dipercaya.

Rasul juga pribadi yang memiliki rasa sosial yang tinggi. Kasih sayang kepada yang lemah dan tegas terhadaporang kafir, penentang Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat al Fath 29 menyebut: muhammadur Rasulullah, wal ladzina ma’ahu adyiddau ‘akal kuffar, ruhamau bainahum yang artinya Muhammad Rasulullah, dan orang yang bersamanya tegas kepada orang karir dan lemah lembut terhadap sesama muslim. Bukan sebaliknya seperti hari ini, mengaku cinta rasul, tetapi justru keras terhadap sesama manusia sholeh dan lunak terhadap orang kafir.

Ahlaq yang perlu diteladani adalah sabar. Meski dihina, dicaci, dibuli diawal da’wahnya, beliau tetap konsisten di jalan da’wahnya. Bahkan kesabaran terhadap kecintaan akan harta dan kekuasaan pun tak diragukan. Semisal ketika kafir Qurais menawarkan seluruh harta, wanita, dan kekuasaan. Tak sedikit hati Rasul bergeser.

Inilah sesungguhnya makna peringatan maulid Nabi bagi umat islam. Syiar dalam bentuk peringatan, oke. Tapi, tentu meneladani ahlaq, kepribadian, dan karakter mulianya, lebih oke banget, dan harus anget. Dengan begitu Islam sebagai risalah yang dibawanya akan menjadi agama rahnmatan lil ‘alamin. Kebaikan di seluruh kehidupan dunia, dan termasuk juga Indonesia. (*)

Facebook Comments

Comments are closed.