Oleh: Yusron Aminulloh
MEPNews – Membangun relasi, mitra untuk kepentingan network adalah salah satu kunci networking untuk kemajuan perusahaan.
Di Wikipidea dijelaskan, dalam dunia usaha, networking sendiri dapat diartikan dengan menjalin hubungan dengan banyak orang, tanpa melihat manfaat saat ini saja tapi juga masa depan.
Lantas di mana relevansinya ilmu mendidik balita terkait hal ini? Coba perhatikan anak-anak kita, ketika usia 2 hingga 3 tahun, terlihat mereka mencari relasi. Wajahnya berbinar saat bertemu kawannya.
Bahkan sambil sepedaan, mereka berdialog yang bagi kita orang dewasa mungkin dianggap tidak penting. Tapi itulah langkah awal membangun relasi. Kedekatan hati dan pikiran yang tertanam adalah memori yang sulit dihilangkan.
Karena punya teman (relasi) mereka bekerjasama naik sepeda keliling perumahaan. Mereka semangat bangun di pagi hari, sarapan karena ada harapan, ada gol kebahagiaan versi balita.
Maka, bagi perusahaan yang masih berusia “balita” jangan coba-coba meremehkan networking. Membangun network itu ibarat menyambungkan titik titik di luar kita, menyatukan untuk saling berbagi energi.
Ada tiga catatan soal networking:
Pertama, perusahaan baru yang dipercaya, mampu membangun trust yang tinggi akan melahirkan relasi yang melimpah. Adanya relasi inilah lahir langkah untuk networking.
Sementara dengan modal networking inilah yang membuat banyak kendala finansial teratasi. Bahkan owner perusahaan yang punya banyak relasi, hubungan baik dengan banyak pihak, akan mudah menancapkan diri sebagai perusahaan yang punya fondasi.
Kedua, semua perusahaan baru memiliki kendala menghadapi birokrasi. Apalagi menyangkut pabrik, buka area baru, membangun gedung dan gudang. Proses perizinan yang berbelit, adalah hal umum.
Maka sekali lagi, relasi, network membuka kunci itu semua. Biaya besar, dilempar dari satu instansi ke instansi lain, akan mendapat jalan keluar karena relasi. Bahkan biaya mahal mampu ditekan seminim mungkin karena memiliki relasi.
Ketiga, semua perusahaan baru akan menghadapi masalah rekrutmen tenaga kerja. Ini hal sederhana tapi sulit. Sudah terbukti melahirkan tim yang solid adalah mudah di teori tapi sudah di lapangan.
Fakta membuktikan owner yang lemah relasi sosialnya, lemah network sebelum ia membuat perusahaan akan bongkar pasang tim. Karyawan keluar masuk.
Dengan adanya relasi lama, pengalaman dan modal sosial yang baik dengan banyak orang, akan mudah merekrut karyawan. Bahkan malah mudah melahirkan tim yang dibangun memajukan perusahaan.
Padahal kalau sudah punya pasukan (staf, karyawan) dan siap menjadi tim yang solid, kerja akan nyaman, kebahagiaan antar pribadi menjadi mozaik kebahagian banyak orang.
Dan itulah modal utama kreativitas dan inovasi. ***
Bersambung