Menulis Itu Mudah

MEPNews.id – Tema itulah yang saya sampaikan di Mileniel Literasi Camp. Satu acara hebat ajang berkumpulnya para penggiat literasi di Jawa Timur. Forum temu bagi pustakawan, dosen, aktivis literasi serta dari berbagai kalangan siswa.

Terus terang, saat didapuk untuk menjadi salah satu mentor di MLC, saya tidak bertanya secara langsung temanya apa, oleh Pak Yus selaku shohibul bait acara itu, saya hanya diberi gambaran bila para peserta butuh contoh konkrit kehidupan seorang penulis.

Di mata beliau agaknya saya bisa mewakili itu, sedangkan saya pribadi amat berhati-hati sekali bila diberi kepercayaan demikian, satu kepercayaan yang mesti berat tanggung jawabnya, khususnya terkait dari segala apa yang nanti saya ucapkan kepada para peserta, semua kata yang terlontar wajib sama dengan apa yang selama ini dan akan saya perbuat.

Sehingga, untuk menyambut serta membekali diri selaku narasumber mengisi acara MLC itu, saya siapkan 9 slide power point hasil pembacaan saya dari isi pesan serta permintaan Pak Yus. PTT itu coba saya susun berangkat dari pengalaman saya selama ini, ketika saya meniti asa menjadikan menulis sebagai rutinitas harian sehingga menulis merupakan kebutuhan.

Bak gayung bersambut, PTT yang telah rampung, pas saya tiba di DeDurian lalu disodori mata acara secara langsung oleh Pak Yus, di situlah semesta kembali bekerja menyatukan visi yang sama, hal ini mungkin secara serba kebetulan, sebab di jadwal tertulis bagian saya adalah mengisi tema menulis itu mudah.

Wahhh tentu tema ini klop banget, sangat pas dengan PTT yang telah saya siapkan. Padahal kalau pun tema yang diberikan ke saya berbeda dengan PTT, maka tanpa PTT sekali pun bukan jadi soal, telah saya siapkan formula plant B, sebab prinsip saya saat bicara di depan tak boleh terlalu bergantung dengan PTT, ada atau tidak PTT harus tetap lanjut.

Kembali pada tema tulisan ini. Saat disebut bila menulis itu mudah, maka persoalan yang muncul berikutnya adalah bagaimana menulis itu benar-benar dapat dirasakan mudah. Tidak berhenti sekadar pada konsep belaka, alih-alih hanya teori tapi saat praktik nyatanya tetap susah.

Menulis itu mudah, tatkala cara berpikir kita tepat, saat pola pikir kita pas ketika menempatkan menulis sebagai satu keterampilan yang dapat terus dilatihkan. Ini artinya, semakin kita sering menulis, tarulah setiap hari kita berusaha menulis, lalu kita komitmen untuk terus menulis dengan satu hari satu tulisan. Maka, ke depan niscaya semakin terasah kemampuan kita untuk menulis. Tulisan kita yang awalnya dangkal kelak akan makin matang.

Alhasil semua itu akibat kita gigih, kita tekun, serta kita sabar untuk terus berlatih dengan banyak menulis. Intensitas latihan yang tinggi menjadikan kemampuan menulis kita semakin baik. Apalagi ketika stok ide begitu gampang kita pilih. Di posisi ini menulis akan mengalir begitu saja. Adapun di lain waktu, sewaktu ide sedang macet, misalnya. Saat kita mengalami writers block, maka kita perlu membaca, dengan membaca yang banyak setelah itu kita pasti segera menemukan inspirasi lalu mengikat ide untuk segera kita tulisakan.

Di sini, konsep menulis itu mudah tentu terkait dengan model tulisan yang langsung berhubungan dengan apa yang kita pahami serta alami. Segala apa yang kita pikirkan, apa pun yang kita tahu, apa saja yang kita kuasai, dan apa yang kita ucap serta perbuat, semua elemen inilah yang mesti kita tulis, supaya kita mantap serta yakin bila ternyata menulis itu mudah. Dengan berangkat dari semua hal ini, tentu menulis tak selalu terasa susah.

Sebab menulis itu memang mudah selama kita tepat menaruh cara berpikir, bila menulis itu bukan tentang berbakat atau tidak, tetapi menulis itu erat kaitannya tentang mau atau tidak, bagi siapa pun yang punya kemauan untuk menulis, maka yang bersangkutan pasti mampu menulis, sedangkan bagi mereka yang punya kemampuan bahkan punya bakat untuk menulis tapi tanpa bekal kemauan yang tekun, pasti hasilnya nihil belaka. Sampai kiamat pun tak akan ada satu tulisan yang dihasilkan.

Sekali lagi, menulis itu memang mudah, semudah kita berbicara. Tinggal problem terbesarnya, apakah kita mau mencari waktu khusus untuk rutin menulis, minimal satu hari satu tulisan? Ini yang perlu kita jawab dengan jujur. Lalu, adakah kita berani ‘melawan’ rasa malas.

Baik, biar kita segera bisa menulis. Yuk, langsung kita mulai menulis dari sekarang hingga suatu saat kelak kita pun merasa butuh untuk terus menulis, sebab menulis telah menjadi kebutuhan bukan sekadar kemauan.

(Aditya Akbar Hakim)

Facebook Comments

Comments are closed.