Digitalisasi Tefa, Atasi Pengangguran Lulusan SMK

MEPNews.id : Teaching Factory (Tefa) menjadi program unggulan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai laboratorium terapan mempersiapkan siswa di dunia industri. Namun, keberadaan Tefa dinilai kurang optimal karena masih banyak kendala, salah satunya imej bahwa produk atau jasa yang ditawarkan Tefa masih seperti produk percobaan. Selain itu, potensi produk Tefa seringkali hanya dipasarkan secara konvensional sehingga kurang banyak dikenal oleh pasar.

PT Baladewa Oto Plasa menangkap isu itu sebagai peluang memberdayakan Tefa sebagai solusi mengatasi pengangguran SMK. “Kuncinya adalah bagaimana semua potensi yang ada di SMK itu terkoneksi, baik antarlulusan maupun dengan dunia industri yang membutuhkan, dan itu bisa dilakukan jika kita memanfaatkan teknologi digital,” kata Abu Dardak, perwakilan PT Baladewa Oto Plasa yang memperkenalkan aplikasi yang diberi brand Online Teknisi atau Oltek.
Memulai kerjasama antara SMK dengan PT Baladewa Oto Plasa dengan bran Oltek tersebut, penandatanganan kerjasama akan dilangsungkan di SMK PGRI 2 Ponorogo, Sabtu (31/08/2019). Beberapa SMK menyambut antusias program kerjasama Tefa ini karena yakin akan berdampak kepada kemajuan SMK masing masing nantinya. Untuk tahap awal, SMK yang terlibat dalam program ini antara lain, SMK PGRI 2 Ponorogo, SMK YKP Magetan, SMK PGRI 1 Gresik, SMK Pesanggrahan Banyuwangi, SMK Teknologi Jember, SMK Al Islam 1 Blitar, SMK Karya Nasional Kuningan Jawa Barat, SMK Dwija Bhakti Jombang, SMK PGRI Sumoroto, SMK Muhammadiyah Dolopo, dan SMK Muhammadiyah 1 Ponorogo.
Program kerjasama Tefa ini diresmikan oleh Direktur Pembinaan SMK (PSMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Dr. Ir. M. Bakrun, MM, bersama-sama dengan pihak SMK PGRI 2 Ponorono yang diwakili Syamhudi Arifin SE, MM. Sementara, selain dari PT Baladewa Oto Plasa yang diwakili oleh Abu Dardak.

Program kerjasama Tefa ini diyakini selaras dan mendukung upaya pemerintah dalam merealisasikan Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang revitalisasi SMK serta program Kemenperin, “Pendidikan Vokasi Industri” dalam rangka meningkatkan kualitas para lulusan SMK sehingga memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk langsung terjun ke dunia kerja.
“Kami berharap nantinya lebih banyak lagi Tefa yang akan mengikuti langkah ini dalam memajukan Tefa di sekokah masing-masing,” tambah Abu.
Dalam rinciannya, program kerjasama Tefa dengan Oltek ini meliputi antara lain sinkronisasi kurikulum yang sesuai dengan dunia industri khususnya revolusi industri 4.0 dan sesuai dengan semangat kemandirian atau kewirausahaan. Selain itu, juga akan dilakukan Training for Trainer (TFT) atau alih teknolgi kepada sekolah agar dapat mewarnai peserta didiknya ikut berpacu di era digital saat ini. Selanjutnya, pihak Oltek juga akan melakukan seleksi sekaligus rekrutment kepada para siswa untuk menjadi mitranya, sehingga sejak dari bangku sekolah sudah terbiasa dengan suasana dunia industry. Untuk itu pihaknya melakukan pendampingan Prakerin yang up to date dan menyenangkan sehingga peserta didik langsung bersentuhan dengan masalah di lapangan.
Seperti diketahui, pendidikan vokasi menghadapi tantangan persaingan global abad 21 dan revolusi industri 4.0. Untuk itu diperlukan penyelarasan kebutuhan kompetensi dan kualifikasi lulusannya serta mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi di dunia kerja. Amanah Nawacita dan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 dalam rangka pemenuhan tenaga kerja terampil sampai 2030 merupakan tantangan lain yang harus disiapkan dan direalisasikan oleh pendidikan vokasi
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mensinyalir ada empat poin yang menjadi fokus revitalisasi SMK yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden No. 9 tahun 2016. Yaitu, revitalisasi kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, kerja sama dan lulusan. Kurikulum untuk jenjang SMK seringkali dianggap kurang sesuai dengan kebutuhan yang ada di dunia usaha dan industri. Dengan revitalisasi yang sedang dijalankan. Tiga kurikulum di SMK, ada satu kurikulum yang dirancang lebih fleksibel. Artinya kurikulum ini menyesuaikan kebutuhan industri dan dapat langsung diterapkan serta memperkaya proses belajar mengajar siswa.
Hingga tahun 2019 pemerintah menargetkan untuk memajukan kualitas 1.775 SMK, yang meliputi 845.000 siswa, salah satunya melalui program Pendidikan Vokasi Industri, kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian BUMN, dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. (Ida)

Article Tags

Facebook Comments

Comments are closed.