MEPNews.id – Saat disodori tawaran untuk menjadi narasumber Talkshow di Radio Suara Muslim Surabaya, guna menyambut Gathering DeDurian Park di Prime Biz Hotel Ahad 25 Agustus 2019 kemarin lusa. Saya pribadi sempat ragu (ada rasa pantaskah diri saya ini), tetapi kemudian saya mantap apalagi setelah itu saya mendapat pengalaman hebat, ada banyak stok ilmu yang saya peroleh dari sana. Saya simpan segala ilmu itu untuk kemudian saya jadikan sebagai bahan belajar dan sebagian ilmu itu kiranya penting mulai saya cicil untuk saya ikat dengan tulisan.
Salah satu ilmu itu adalah berikut, di situ dari momen hebat tersebut saya merasakan betul adanya getaran dari gelombang yang menganjurkan kepada kita selaku manusia (khususnya bagi saya pribadi) untuk lebih banyak menanam. Tentu makna menanam di sini hanyalah metafor belaka, bukan menanam pada makna yang sejatinya. Gelombang itu pun saya tangkap, saya jadikan sebagai pijakan untuk terus berkomitmen di dalam satu frekuensi yang sama demi tujuan memakmurkan bumi Allah.
Sebab, saya percaya betul pada nasihat bijak dari guru kehidupan saya, Yusron Aminulloh. Isi nasihat tersebut agar kita selaku manusia ini harus banyak menanam, perlu sering memberi, dan agar senantiasa suka melayani.
Untuk itu, jangan justru dibalik, kita malah menjadi pribadi yang selalu kepingin mendapatkan apa, selalu berharap dapat memanen tanpa pernah mau menanam, dan selalu inginnya dilayani bukan jadi pelayan.
Hidup yang hanya sekali ini memang wajib bagi kita untuk banyak melayani. Di pentas kehidupan yang serba singkat serta terus bergerak dinamis, apalagi di era cengkraman teknologi seperti pada kehidupan dewasa saat ini. Maka dari situ, di arena panggung kehidupan yang serba digital tersebut, agaknya penting bagi kita untuk terus menebar banyak kebaikan, lalu sebaiknya kita tak perlu terlalu memikirkan setelah itu mendapatkan apa.
Akan tetapi, biarkan takdir Allah yang kelak akan menggiring setiap pribadi yang memang punya komitmen tinggi untuk jadi pelayan kehidupan bagi banyak semua kalangan. Terutama menjadi pelayan yang tak selalu berujung pada keuntungan. Hal ini tentu tidak gampang, hanya pribadi yang terbiasa untuk berupaya ikhlas tanpa terlalu berharap dari sesama manusia. Biar Allah yang mencatat sekaligus yang memberi imbalan. Pokoknya semua bergantung dan kita serahkan kepada Allah. Tugas kita terus menjalani proses lalu memperbanyak menanam.
Di dan bermula dari DeDurian Park, momentum aktualisasi atas ilmu hidup tersebut bismillah ketemu sinyalnya, hal ini tentu terkait visi saya pribadi yang bertekad agar dapat meraih predikat demikian, supaya saya dapat termasuk satu dari sekian pribadi hebat yang telah berkomitmen menjadi pelayan kehidupan.
Sekali lagi, untuk mencapai posisi itu tentu tidak gampang, ada banyak tantangan termasuk godaan, apalagi hidup di zaman seperti sekarang yang hampir semua tolok ukurnya adalah materi serta keuntungan, berujung seberapa banyak, dan menjadi apa, bukan pada seberapa sering telah memberi alih-alih melayani tadi.
Maka saya bersyukur dapat dipertemukan dengan pribadi hebat. Figur yang telah banyak menebar manfaat bagi umat. Beliau adalah guru kehidupan saya tadi, sosok yang telah teruji reputasinya sebagai pelayan kehidupan yang sekaligus Dirut DeDurian Park, Yusron Aminulloh. Beliau-lah yang telah, masih, dan kerap menggerojoki saya dengan visi besar untuk menjadi pelayan kehidupan tersebut. Tak sekadar itu, ada sisi lain yang kerap beliau contohkan secara nyata dan langsung, betapa untuk menjadi lalu melayani–sekaligus pelayan bagi kehidupan itu merupakan keniscayaan.
Hal itu karena, tidak ada kamus hidup sukses apalagi hidup dapat berasa bahagia sepenuh berkah bila kita enggan menjadi pelayan yang ikhlas. Memang tidak gampang merealisasikan visi demikian. Itu visi yang maha berat dan sulit. Namun, selama ada niat, ada tekad, serta ada kemauan tinggi didukung dengan komitmen tulus, maka kelak akan ada masa memetik lalu panen raya keberkahan. Pada dasarnya kita pasti sanggup asal kita bersedia membenahi pola pikir pada terminologi dilayani dan melayani di atas.
Adapun penting untuk kita pahami, bila kelak ketika hidup kita telah sepenuh berkah, saat energi magis berupa keberkahan telah kita rasakan, di situ tentu diri Anda sendiri secara privasi yang bisa merasakan serta menikmati semburan berkah yang berujung bahagia tersebut.
Akhirnya, bila hidup kita telah sepenuh berkah, maka segala pernik kehidupan yang kita jalani bakal berjalan begitu mudah, segalanya dipermudah lalu dibukakan beragam alternatif jalan pemecahan saat ada problem hidup yang kerap datang. (Aditya Akbar Hakim)