Oleh: Khusnatul Mawaddah
MEPNews.id – Pengalaman nyata ini sengaja saya ceritakan untuk memberi kabar baik, bahwa Allah tidak diam melihat perilaku hambanya. Dalam kondisi apapun, isi hati kita tak bisa dibohongi dengan pencitraan maupun segala macam topeng saat kita menghadap Allah, berdoa, maupun berhubungan sesama manusia.
Setiap tahun, perusahaan yang saya jalankan mengalami masa suka dan duka terkait mendapatkan hasil lelang. Terkadang, proses lelang berjalan lancar dan hasilnya memuaskan. Terkadang sebaliknya. Kekuatan mental, pengetahuan dan emosional sering kali diuji.
Mengikuti proses lelang secara prosedur sudah kami lakukan. Namun, saat pertatapan dengan panitia lelang maupun dengan pejabat pembuat komitmen, juga membutuhkan nyali kuat. Pertanyaan yang terkadang tidak kita duga seringkali muncul saat kami diundang sebagai calon pemenang untuk verifikasi kualifikasi. Pengetahuan untuk mendalami Rencana Acuan Kerja menjadi sangat penting sebelum kami menentukan pilihan jenis pekerjaan yang mau dipilih.
Rencana Kerja dan Syarat-syaratnya ini meliputi banyak sekali poin. Antara lain apa jenis pekerjaan tersebut, bagaimana cara mengerjakannya, apa yang harus dipenuhi perusahaan untuk bisa menawarkan harga dan komponennya, dan banyak lagi. Sebagai calon pemegang proyek, setiap item dalam RKS harus betul-betul dipahami sebelum memutuskan menawarkan harga.
Di samping berambisi untuk bisa menang tender, kami juga harus memperhitungkan kapasitas pendanaan dan SDM. Saat negosiasi harga, juga butuh pertimbangan matang dalam perhitungan angka dan resikonya.
Karena semua jenis pekerjaan penyediaan barang maupun jasa di pemerintahan ada aturannya. Jika nilanya di atas Rp200 juta, maka harus mengikuti proses lelang untuk mendapatkan penyedianya. Rata-rata lelang bisa lolos menang ketika hati sudah mantap untuk mengikuti prosesnya dan yakin semua berkas tertata dengan benar.
Namun, tidak sedikit lelang gagal karena pihak panitia tiba-tiba memutuskan dengan alasan kurang ini atau itu. Yah, sebagai penyedia yang melamar, kami ya ngikut saja. Yang penting pantang menyerah. Kami yakini Allah pasti memberi pekerjaan sesuai dengan takarannya. Tugas kami hanya ihtiar terus dan terus ikhtiar.
Di balik usaha keras, tak bisa dipungkiri kami juga memohon dengan berdoa pada yang Mahakuasa yakni Allah ta’ala. Doa itu lah yang perlu dibantu oleh doa orang tua. Jadi, kami selalu ingatkan diri sendiri; jangan abaikan kebutuhan orang tua. Sebetulnya, hak orang tua dari anaknya adalah perhatian dan kasih sayang. Maka, jaga hati dan kesehatan orang tua, agar Allah selalu meridhoi semua ihtiar kita.
Itu memang nyata. Selama ini, saya selalu mengutamakan kebutuhan orang tua sebelum kebutuhan kami sendiri. Efeknya, semua ihtiar mendapatkan pekerjaan selalu ada hasilnya. Ini lah rezeki yang nyata digambarkan dalam Al-Qur’an. Selama kita menjadi orang yang benar, memakai jalan yang benar, memberi perhatian pada yang kita cintai, pasti Allah dengan mudahnya membuka pintu rezeki dari langit dengan cara yang tak disangka-sangka.