Oleh: Agus Hariono
MEPNews.id – Dewasa ini, hampir seluruh bangsa di dunia mengakui kekuatan yang bisa memajukan bangsa dan negara adalah pendidikan. Pendidikan menjadi prioritas utama dalam agenda negara. Setidaknya mereka mengetahui tentang kekuatan pendidikan bagi kemajuan bangsa setelah melihat fenomena betapa Jepang luluh lantah dibombardir oleh negara-negara Sekutu tapi kemudian bisa bangkit menjadi negara digdaya, berperadaban tinggi, dan bahkan hampir menguasai ekonomi dunia.
Masyarakat Jepang meyakini bahwa pencapaian itu diraih melalui kekuatan pendidikan. Betapa tidak? Ketika negaranya sedang luluh lantah, kaisar tidak menanyakan berapa tentara yang masih tersisa, tapi berapa guru yang masih ada. Pertanyaan tentang kondisi guru yang masih tersisa adalah menyiratkan bahwa masa depan yang gemilang itu tidak akan lepas dari peran guru. Ternyata terbukti saat ini, Jepang menjadi negara yang berpengaruh di dunia.
Ini adalah bentuk paradigma baru tentang pendidikan, bahwa yang menentukan kemajuan sebuah bangsa bukanlah sumber daya alam, melainkan sumber daya manusia.
Kita bisa melihat Jepang adalah negara yang secara geografis dipenuhi pegunungan. Di samping itu Jepang termasuk negara yang sangat rawan bencana. Barangkali kita bisa merasakan langsung ketika ada kesempatan berkunjung ke Jepang. Betapa gempa bumi itu menjadi hal yang biasa di sana. Orang sana sudah terbiasa dengan bencana. Bencana adalah makanan sehari-hari. Bencana bukan suatu hal yang menakutkan. Bencana bagi mereka adalah tantangan yang musti dicari solusinya.
Inilah pentingnya bahwa kita harus menyadari akan pentingkan memperbarui paradigma kita tentang pendidikan. Umar bin Khattab pernah mengatakan, “Didiklah putra-putrimu sekalian, karena mereka adalah generasi yang akan hidup di zaman yang berbeda dengan yang kamu alami.” Demikian juga Ki Hajar Dewantara juga pernah mengatakan, “Pendidikan adalah sebuah proses pemberdayaan manusia dengan cara mentransformasikan nilai-nilai budaya yang keadaannya tidak musti selalu sama dengan nilai budaya pada masa lampau.”
Kini bangsa Indonesia dan kita semua berada dalam era globalisasi, era digitalisasi, era revolusi industri 4.0. Sudah barang tentu zaman tersebut akan memengaruhi pendidikan kita, termasuk komponen-komponen dalam pendidikan. Dalam keadaan yang demikian, sudah sepatutnya bagi lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi yang ingin tetap eksis, mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman.
Dengan tetap berpedoman pada Alquran dan Sunah, berikut ini adalah uraian tentang paradigma baru yang terjadi di lembaga pendidikan Islam berikut respons yang harus dilakukan guna menghadapi perubahan tersebut.
Sebagaimana komponen-komponen pendidikan yang tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang digunakan sebagai pedoman akreditasi, maka kompenen tersebut terdiri dari visi, missi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, pendidik, peserta didik, manajemen pengelolaan, sarana prasarana, pembiayaan, sistem komunikasi, lingkungan dan evaluasi pendidikan. Akibat dari perubahan zaman tersebut, maka berbagai paradigma baru pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut.
- Visi
Visi pendidikan sekarang harus diarahkan pada upaya menyiapkan masa depan bangsa agar mampu berkompetisi di era global. Sebagaimana dalam Renstra Pendidikan Nasional tahun 2005-2009, visi pendidikan menjadikan manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Demikian juga pendidikan Islam, yang selama ini hanya menyampaikan ilmu keislaman yang kadang tidak sesuai dengan konteks zaman, maka harus berubah. Lulusan pendidikan Islam, kata Abudin Nata, tidak hanya bisa berenang di kolam yang sempit, melainkan berenang di samudra yang luas.
- Missi
Missi pendidikan harus diarahkan pada upaya: 1) Perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan yang bermutu pada seluruh rakyat. 2) Memfasilitasi pengembangan anak bangsa mulai usia dini hingga akhir hayat. 3) Meningkatkan kualitas pendidikan dan mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang beraklak mulia. 4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sikap. 5) Memberdayakan peran serta masyarakat.
- Tujuan
Tujuan pendidikan sekarang tidak saja dipenuhi dengan materi yang bersifat kognitif, namun juga harus disertai dengan pengamalan (to do), menginternalisasikannya (to be), menggunakannya untuk orang lain (to life together). Dalam pepatah Arab dikatakan, “Al-ilm bila ‘amal ka al-syajar bila tsamar.” Artinya ilmu yang tidak diamalkan bagai pohon tak berbuah. Jadi lembaga pendidikan Islam sekarang tidak cukup belajar hanya di dalam kelas, melainkan harus dilengkapi dengan praktikum, magang, kerja sosial dan lainnya. Juga harus mengarahkan pada pembentukan kepribadian yang utuh, yaitu manusia yang terbina fisik, akal, iman, akhlak, kejiwaan, keindahan, sosial, dan kemasyarakatan.
- Kurikulum
Kurikulum pendidikan sekarang bukan hanya yang tertulis di dalam kertas, melainkan seluruh aktivitas yang memengaruhi proses pembelajaran. Sebagaimana kurikulum saat ini, KTSP yang disempurnakan atau K13 adalah kurikulum berbasis sekolah. Jadi sekolah yang lebih tahu dan berhak mengelola dan mengembangkan sekolahnya sesuai dengan kemampuan dan potensi yang ada dengan semaksimal mungkin.
- Pendidik
Pendidikan di zaman sekarang bukan hanya satu-satunya sumber informasi, melainkan salah satu sumber informasi. Karena sumber informasi sekarang bisa didapatkan dari banyak sumber. Peran pendidik saat ini selain informan, juga sebagai motivator, katalisator, dinamisator, dan innovator. Oleh karena itu, pendidik di masa sekarang harus lebih menguasai teknologi dibanding peserta didik. Kalau tidak, mungkin justru pendidik yang ditinggal peserta didik.
- Peserta Didik
Peserta didik saat ini beda dengan dahulu. Sekarang, peserta didik adalah mitra dalam kegiatan belajar mengajar. Hubungan dengan peserta didik adalah subyek-subyek, bukan subyek-obyek. Dalam memutuskan program pembelajaran, pendidik harus melalui persetujuan peserta didik. Peserta didik harus diperlakukan secara adil, manusiawi, egaliter, demokratis, dihormati hak asasinya, dan seterusnya. Mereka harus dilayani sebagaimana pelanggan yang harus diberikan pelayanan yang memuaskan.
- Proses Belajar Mengajar
Sebagaimana Permen RI No. 19 Tahun 2005 tetang Standar Nasional Pendidikan, bahwa proses pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, berpatisipasi aktif, memberi ruang bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan psikologi peserta didik. Pradigma proses pembelajaran bergeser dari teacher centric ke student centric. Proses pembelajaran yang berbasis peserta didik, seperti Problem Based Learning, Interactive Learning, Cooperative Learning, Quantum Learning, CBSA dan sebagainya. Prinsip pembelajaran saat ini bukan seperti mengisi air ke dalam gelas, melainkan menyakan api. Seorang pendidik harus tampil sebagai bidan yang mampu membantu para peserta didik untuk melahirkan ide, gagasan, pemikiran, dan kreatifitas melalui kegiatan belajar terus menerus.
- Lingkungan
Lingkungan yang memengaruhi proses belajar mengajar saat ini bukan hanya ruang kelas, melainkan lingkungan global yang lebih luas. Lingkungan global yang lebih luas adalah teknologi. Oleh karena itu sekolah harus melengkapi dirinya dengan teknologi informasi yang lengkap dan canggih.
- Sarana Prasarana
Sarana prasarana saat ini bukan hanya yang ditentukan oleh status kepemilikan lembaga, melainkan oleh kemungkinan penggunaannya. Jadi sarana prasarana yang ada di masyarakat yang memungkinkan secara penggunaannya, maka itu lah sekarang yang juga termasuk sarana prasarana pendidikan, melalui kerja sama yang saling menguntungkan.
- Manajemen Pengelolaanya
Saat ini, pendidikan harus dikelola dengan pendekatan manajemen bisnis yang bertumpu pada pemberian pelayanan yang memuaskan kepada customer. Manajemen diibaratkan seperti restoran yang menyediakan menu sesuai dengan pelanggan, kemasan dan penataannya yang apik dan menarik, pelayanan cepat, ramah dan simpatik, lingkungan bersih dan harga terjangkau.
- Pembiayaan
Masa sekarang, dana pendidikan adalah investasi jangka panjang. Biaya yang dikeluarkan peserta didik sebanding dengan pelayanan yang diberikan kepada peserta didik. Dengan cara demikian, berapa pun nantinya yang akan dikeluarkan peserta didik akan dilakukan dengan senang hati. Selain itu sekolah juga harus mengembangkan konsep entrepreneur school untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggaraan pendidikan.
Dalam rangka melaksanakan berbagai macam paradigma di atas, pada akhirnya amat bergantung pada sumber daya insani. Oleh karena itu, program pengembangan sumber daya insani adalah suatu hal yang mutlak untuk terus dilakukan.
Sumber rujukan:
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2011.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Fandy dan Anastasia Diana, Total Quality Management, Yogyakarta: Andi, 2003.
Zakiah Daradjat, Pendidikan dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1999.