Membina Hubungan Itu Diupayakan, Jangan Dibiarkan

Oleh: Esti D. Purwitasari

mepnews.id – “Es, aku nggak habis pikir. Aku sama dia koq jadi dingin, ya? Padahal aku nggak lihat ada masalah apa-apa….” begitu kira-kira curhat seorang sohibku.

Eh, tak seberapa lama, sohibku era sekolah juga curhat tentang masalah yang sama. Rupanya beberapa teman dekatku dilanda masalah hubungan dengan pasangan.

Ini sebenarnya hal umum yang dialami banyak pasangan lain. Tidak terlalu kritis atau mengkhawatirkan. Tapi, jika tidak dibenahi, rasanya jadi hambar.

Pembaca yang budiman, banyak orang beranggapan hubungan yang sukses itu sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Ada yang beranggapan, pasangan berjodoh itu ‘sekadar klik’. Jika dibumbui dengan hal yang aneh-aneh, justru hubungan malah jadi aneh.

Tetapi, kenyataannya, hubungan itu harus dijaga, dibina, dan dipermanis agar berhasil. Masing-masing pihak harus selalu berusaha menjadi mitra yang lebih baik, harus bisa menghargai kondisi pasangan, dan memegang komitmen.

Dalam artikel ini, saya sampaikan empat kebiasaan yang bisa dikembangkan untuk mengelola hubungan agar jadi lebih baik. Kebiasaan lain tentu ada banyak.

Jaga omongan, jangan asal njeplak

Bolehlah mengingatkan, mengkritik, tapi jangan asal-asalan. Jika tidak disampaikan dengan santun, itu bisa dianggap sebagai celaan atau serangan langsung terhadap karakter seseorang. Bisa dianggap sebagai tuduhan atau penilaian negatif tentang kepribadian pasangan, daripada tentang tindakan atau peristiwa tertentu.

Jangan bilang, “Kamu koq tidak pernah bantu bersih-bersih rumah, sih!” Lebih baik, “Bantuin bersih-bersih, dong. Rumah lebih nyaman jika lingkungannya bersih.”

Kata atau aksi yang bernada menghina akan semakin memperburuk hubungan.

Hargai, jangan menghina

Penghinaan adalah bentuk komunikasi yang paling merusak karena melibatkan penyerangan terhadap harga diri seseorang. Bentuk penghinaan bisa bermacam-macam, antara lain ejekan, humor nylekit, bahasa tubuh, hingga sarkasme. Sedapat mungkin, jangan sampai keluar sesuatu yang sifatnya menghina sehingga muncul sakit hati. Jika terlanjur terjadi, segera bangun kebiasaan memelihara kekaguman terhadap pasangan.

Jangan bilang, “Kamu lupa mencuci lagi? Mengapa sih kamu begitu malas!” Coba yang lebih baik; “Ayang, saya mengerti koq kau sibuk sekali. Tapi bisakah Ayang cuci pakaian saat aku harus kerja lembur? Ini akan sangat membantu. Aku sangat menghargai bantuanmu.”

Ikut tanggung jawab, jangan terlalu defensif

Sikap defensif terjadi ketika salah satu atau kedua pasangan menanggapi konflik dengan cara menyangkal tanggung jawab atas masalah lalu malah melemparkan kesalahan pada pasangan.

Kata-kata yang biasa muncul saat defensif antara lain:

“Itu bukan salahku!”

“Kenapa kau selalu menyalahkanku?”

“Itu tidak benar!”

Ketika terlalu defensif, itu bisa mengarah pada pertengkaran lebih lanjut tanpa ada penyelesaian. Salah satu atau kedua pasangan merasa telah disalahkan atau dituduh secara tidak adil atas sesuatu yang tidak dilakukannya.

Maka, penangkal sikap terlalu defensif adalah menerima tanggung jawab dalam situasi konflik. Kembangkan kebiasaan mengambil tanggung jawab bersama atas masalah yang dihadapi bersama. Berbagi mengemban masalah.

Tenangkan diri, jangan membatu

Yang saya maksud membatu adalah ketika seseorang menarik diri secara emosional untuk menghindari konflik lebih lanjut. Diam membatu ini dapat dilakukan antara lain menghindari kontak mata, menjauh dari diskusi sebelum terselesaikan, menolak membicarakan topik tertentu, dan menutup percakapan jika keadaan menjadi terlalu panas.

Sikap membatu ini tidak banyak membantu dalam mengatasi masalah mendasar antara dua orang. Itu justru meningkatkan perasaan terisolasi dan keterputusan yang kemudian bahkan dapat menyebabkan kebencian di antara pasangan.

Daripada membatu, lebih baik sekadar menahan diri saat hubungan sedang dalam masalah. Saat merasa masalah datang, jangan menutup diri sepenuhnya. Cukup hentikan percakapan, break sejenak untuk menenangkan diri, lalu berfikir menyelesaikan masalah.

“Saya merasa terlalu berat dengan apa yang kita bicarakan ini. Saya perlu istirahat. Beri waktu 20 menit untuk jalan-jalan di sekitar. Nanti saya hubungi lagi setelah itu.”

Pembaca yang budiman, hubungan antar pasangan itu tak beda dengan perilaku umum lainnya. Butuh pembinaan konstan untuk mencapai keberhasilan. Selalu fikirkan bagaimana Anda membina hubungan dengan lebih banyak kesabaran, penghargaan, dan tanggung jawab, sehingga semuanya menjadi lebih baik.

Facebook Comments

Comments are closed.