Pemeriksaan Dini untuk Cegah Kanker Payudara

mepnews.id – Tumor payudara termasuk salah satu jenis penyakit yang harus diwaspadai. Penyakit ini bisa disembuhkan, antara lain dengan pengobatan dan penerapan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang lebih penting adalah dapat terhindar dari tumor payudara.

Bagaimana caranya? Tentu dengan melakukan deteksi dini. Semakin cepat diketahui, semakin cepat pula pengobatan dilakukan, sehingga peluang kesembuhan semakin besar. Salah satu alat pendeteksi adalah USG payudara yang secara khusus untuk memeriksa kondisi payudara dan mendeteksi gangguan serta berbagai bentuk kelainan. Dari sini, bisa diketahui masalah semacam kista, tumor, dan lain-lain.

Dokter Lydia S. Kuntjoro, SpRad (K).

“Tumor payudara berupa benjolan yang mungkin jinak dan mungkin juga ganas. Tumor ganas yang menjadi kanker payudara menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Angka kejadian kanker payudara terus meningkat di negara berkembang maupun negara maju,” ujar dr R.r. Lydia Purna Widyastuti S. Kuntjoro SpRad (K), dokter Spesialis Radiologi di Rumah Sakit Nasional Diponegoro Universitas Diponegoro

Dulu, kanker payudara dan kanker leher rahim tercatat sebagai dua kanker dengan angka kejadian tertinggi. Saat ini, angka kejadian kanker leher rahim berhasil ditekan dengan deteksi dini dan pencegahan berupa vaksin.

“Untuk kanker payudara, deteksi dini dan terapi sedini mungkin di stadium awal merupakan kunci untuk menurunkan angka kematian. Penerapan pola hidup sehat, pola hidup teratur, jenis makanan sehat, dan olahraga adalah life style yang signifikan menurunkan faktor resiko kanker payudara,” ungkap dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu.

Maka, perempuan mulai usia 20 tahun harus care terhadap payudaranya. Setiap bulannya harus melakukan periksa payudara sendiri (SADARI) untuk mengetahui bentuknya. Bila ditemukan kelainan pada payudara, alias tidak seperti SADARI bulan sebelumnya, harus segera melakukan SADANIS atau pemeriksaan payudara klinis. Pemeriksaan ini dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten seperti Dokter Bedah Onkologi, Dokter Kandungan, Dokter Penyakit Dalam Onkologi, Dokter Umum, Bidan, atau Perawat terlatih.

“Jika dari pemeriksaan SADANIS membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, maka dilakukan pemeriksaan Radiologi seperti USG payudara, Mammografi, maupun MRI untuk mengetahui lebih lanjut bentuk dan jenis benjolan,” kata ia.

Idealnya, mammografi dilakukan rutin setahun sekali oleh semua perempuan mulai usia 40 tahun. Namun, di Indonesia, mammografi belum tersebar merata di banyak rumah sakit. Ditargetkan, kanker payudara di Indonesia bisa ditemukan lebih awal, bukan tumor yang sudah teraba besar. Maka, tim onkologi Indonesia mengajurkan menggiatkan SADARI dan SADANIS. Selanjutnya, bisa diperiksa dengan alat radiologi di rumah sakit terdekat untuk membantu menegakkan diagnosis.

“USG payudara bertujuan melihat ada kelainan atau tidak. Bila pemeriksaan dengan rabaan tangan menemukan kelainan, perlu diketahui lebih jelas di dalamnya seperti apa. Misalnya, apakah itu cair atau padat. Kalau padat, dicari arahnya ke mana; apakah jinak atau ganas. USG dibutuhkan untuk melihat karakter, bentuk atau morfologinya,” lanjutnya.

Bagaimana dengan laki-laki? Meski jarang terjadi, atau peluangnya lebih rendah dibanding perempuan, laki-laki juga bisa terserang kanker payudara. Pada laki-laki, terdapat beberapa kondisi yang bisa dicurigai sebagai tanda tumor payudara. Antara lain, payudara terasa nyeri, agak tebal dan terdapat benjolan.

“USG Payudara relatif mudah ditemukan. Alatnya ada di mana-mana. Apabila ingin USG payudara, para ibu maupun remaja perempuan bisa menyesuaikannya dengan siklus menstruasi. Jika mengalami infeksi di payudara, jangan dianggap remeh. Bila dibiarkan, infeksi bisa meluas ke mana-mana. Kita harus care terhadap payudara. Periksalah payudara sendiri setiap bulan. Periksa pada hari ke-10 dari hari keluar darah terakhir di bulan itu,” kata dr Lydia memberi petunjuk.

Facebook Comments

Comments are closed.